Home » , » Potret Peserta Didik di Indonesia

Potret Peserta Didik di Indonesia


Dunia Pendidikan - Menyoal aktivitas pendidikan di sekolah atau yang biasa disebut dengan proses pembelajaran, ada saja kasus yang muncul setiap harinya. Misalnya saja guru yang dilaporkan ke polisi oleh wali murid hanya gara-gara menjewer telinga anaknya, tanpa peduli bagaimana sikap/perilaku anak tersebut sebelumnya sehingga guru harus menjewernya. 
Dihukum karena kenakalan mereka - sesuatu yang wajar pada 20 tahun lalu
Dari ilustrasi kasus tersebut tampak jelas jika wali murid lebih mengerti tentang pendidikan, hanya saja yang membuat heran adalah kenapa tidak mendidik anaknya sendiri dan justru menyekolahkannya hingga muncul kasus seperti itu? Apa yang sebenarnya diharapkan oleh wali murid tersebut hingga harus menyekolahkan anaknya dan tidak mendidiknya sendiri?


Ya, di atas adalah contoh ilustrasi yang dialami oleh beberapa guru di daerah yang sebenarnya bertujuan mengabdi untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Mereka adalah para pelaksana pendidikan di tingkat grassroot yang tak jarang dikambinghitamkan atas gagalnya sistem pendidikan, terombang-ambing oleh kebijakan bahkan menjadi korban atas nama 'pengabdian'. Jika mereka berteriak, pemangku kebijakan dengan senang hati mencoret nama dari daftar atau mengancam mempersulit perihal administrasi mereka. Guru yang dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sejatinya sebagai pion catur yang tak bisa mundur tapi harus siap berkorban demi atasan.


Perilaku Anak Didik yang Tak Terkontrol

Kembali ke perilaku anak didik 'di saat kedua orang tua mereka sibuk bekerja' yang terkadang tidak terkontrol dan tidak seharusnya terjadi, ada banyak yang membuat kita cukup miris. Sebagai misal saat jam istirahat menemui anak yang bermain kartu di kelas, atau saat istirahat melakukan perbuatan asusila di kelas atau yang lebih parah lagi saat pelajaran malah tiduran di kelas? Salahkah jika para guru mengambil tindakan untuk mendidik dan menempatkan anak didik pada posisinya?
Kalau sudah begini harus bagaimana mendidiknya? Mereka tidaklah salah
Sejenak coba kita saksikan di luar sana, banyak generasi usia sekolah yang terlalu bebas bersuara dan bahkan dengan mudahnya menghakimi atau mengkritik tanpa bisa memberikan solusi. Sebagai mana pepatah berbunyi "iso ngujar ra iso nglakoni" yang artinya "bisa berkata tapi tak bisa melakukan".


Lihatlah generasi tua, orang-orang yang mengenyam pendidikan 20-30 tahun yang lalu! Yang memuliakan guru dan wali muridnya mendukung tindakan guru dalam mendidik anak. Betapa indahnya budaya, sikap dan karakter yang ditanamkan.

Semoga menjadikan instrospeksi bagi kità semua.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap komentar akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil, Mengenai tampil dan tidaknya komentar Kamu, itu menjadi hak prerogratif Bung Prapto! No live Link yeach!